Akhir-akhir ini selama seminggu lebih, saya kerap dimampiri
mimpi. Mimpi-mimpi yang aneh dan terkadang begitu membingungkan. Selain, tentu
saja, ada yang membahagiakan. Mimpi-mimpi tersebut menunjukkan saya sudah
berada di Indonesia. Dan baru di mimpi terakhir, semalam, saya masih di Mesir.
Pertama, sewaktu saya hendak berangkat mendirikan (saya tidak
sepakat dengan penggunaan kata “menunaikan” karena lebih berdimensi materi) shalat
Jum’at. Saya sudah memakai sarung, baju koko dan songkok hitam. Ketika tiba di
sekitar masjid, saya lihat orang-orang sudah banyak memadati masjid, serius
dengan ibadahnya masing-masing. Ada yang shalat sunnah tahiyatul masjid, ada
yang berdzikir. Ketika saya masuk masjid, keheranan mulai timbul. Saya tidak
melihat seorang kyai naik ke atas mimbar untuk menyampaikan khutbah Jum’at. Saya
malah melihat sebuah grup band rock ‘n roll asal Jerman sedang manggung di
dalam masjid. Di hari Jum’at! Di atas mimbar masjid! Scorpions bernyanyi di
tempat ibadah. Berteriak-teriak dan menyampaikan pesan. Saya hanya tertegun.
Kedua, mimpi tentang kedatanganan saya di rumah. Ada keluarga
dan tetangga. Semua, termasuk saya, masih kelihatan bahagia. Keadaan berubah
drastis setelah saya buka isi koperku. Berniat membagi-bagikan oleh-oleh
seadanya dari Kairo ke sanak keluarga. Kubuka isi koperku dan kami semua
keheranan. Karena sebagian besar isinya (yang berupa buah-buahan) sudah
membusuk. Orang-orang bertanya-tanya, tapi aku tidak bisa menjawab. Pikiranku dicabut
pertanyaanku sendiri mengapa bisa begini isi dalam koperku sendiri.
Pada saat yang sama, keluargaku bertanya mengapa oleh-olehku sedikit sementara muatan bagasi begitu banyak. Aku hanya jawab, sebagian lagi masih di Indonesia dan akan bisa dibawa lagi kemari karena sisa muatan bagasi yang tersedia buatku masih ada. Kata mereka, apa kamu akan kembali ke Kairo lagi untuk mengambilnya sementara tiketmu hanya sekali jalah? Dungunya aku, yang tak paham urusan penerbangan. (Mengapa tidak kubawa sekalian?)
Ketiga, ini yang membahagiakan dan menenangkan. Ketika aku
bermimpi berhadapan di depan kekasihku di sebuah kamar yang sepertinya milik
kami berdua. Kami berpandangan, saling memeluk dan seterusnya… Dulu aku pernah bermimpi mencari-carinya di tengah-tengah
kerumunan sementara dia sedang menangis. Keterjagaanku yang tiba-tiba, membuatku
tidak berhasil menemukannya.
Keempat, ini yang terjadi tadi malam. Saat aku berangkat ke
Ismailiyah, aku menjemput terlebih dahulu rekanku sesama pengajar. Dia yang
biasa terlihat necis, mengenakan baju yang sudah berlubang di beberapa bagian. Sampai
ke tempat tujuan, aku tidak mendapati satu siswa pun. Aku sadar ternyata aku
terlambat berangkat. Bagaimana bisa, kursus yang harus dimulai pukul setengah
tiga siang sedangkan aku berangkat dari Kairo pukul dua siang? Asal tahu saja,
perjalanan Kairo-Ismailiyah rata-rata memakan waktu 2 jam. Dalam perjalanan
pulang, aku menjumpai seorang muridku dan mengeluh, “Guru, kalau memang tidak
ada kursus, mengapa tidak mengabari kami terlebih dahulu sehingga kami tidak
kecewa seperti ini?” Rumahnya ternyata ada di tengah padang pasir, perbatasan
provinsi Ismailiyah dan Kairo (realitanya, tidak ada pemukiman di tengah-tengah
gurun).
Apapun isi mimpi yang menghampiriku, aku mungkin harus
berhati-hati, melawan apa yang tidak aku ketahui. Jadikan itu refleksi, kata
kekasihku. Keniscayaannya, aku berencana pulang bulan duabelas. Dan orang tuaku
meminta, kalau bisa, segeralah pulang cepat. Ya Allah, mohon pertolongan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar