~

~ Sengkarut ide, serakan asa dan serpihan momen::

Kamis, 26 April 2012

Malam Minggu dengan Symphonic Concert

Pada malam Minggu 14 April lalu, saya memberanikan diri untuk datang ke Cairo Opera House. Lewat informasi dari halaman resmi facebook tempat pertunjukan utama di Kairo ini, saya mendapati informasi acara pertunjukan musik klasik: Symphonic Concert dalam Cairo Symphonic Concert Season 53.

Malam itu, saya datang ke sana untuk pertama kali. Seorang diri. Mengenakan setelan celana hitam, kemeja dan jas biru, dengan sepatu pantopel cokelat. Seorang teman bilang, berpakaian rapi—seperti cara berpakaian yang saya tunjukkan kepadanya sebelum berangkat—sudahlah cukup diizinkan untuk masuk, tanpa perlu mengenakan dasi. Naik kendaraan umum dua kali, ngoper dari Hay Sabi', kemudian berganti kereta api bawah tanah jurusan Giza, turun di stasiun Opera. Tiba di sana, waktu baru menunjuk sekitar pukul tujuh, jeda satu jam sebelum konser dimulai.

Lalu saya mendatangi loket. Petugasnya ramah dan semuanya berdasi. Saya katakan kepadanya, ingin duduk di balkon opera. Karena berstatus mahasiswa, saya cukup membayar 15 Pound. Tempat duduk saya bernomor 38, lantai satu. Sama-sama menikmati waktu, saya memilih untuk menghabiskannya di dalam saja, sambil mengamati tata ruang opera dan mencari-cari jadwal pertunjukan yang terpampang. Seorang petugas yang berjaga di depan pintu masuk—berkemeja putih, berjas merah tua dan tentu saja berdasi—mengatakan kepada saya untuk duduk di ruang tunggu, luar Main Hall. Pertunjukkan belum dimulai, alasannya.

Sambil memandangi orang-orang datang berduyun, berpasangan, tua muda, saya mencoba menipu waktu dengan membaca novel La Ahadu Yanamu fil Iskandariyah yang sengaja saya bawa sebagai teman perjalanan. Sambil mempersilakan para hadirin untuk duduk di tempat tunggu, bapak petugas memandang dan kemudian menanyai saya. Ia mempersoalkan dasi. Ia menyarankan saya untuk turun meminjam ikat leher ke bagian informasi. Saya dapatkan dasi pinjaman dengan menyerahkan identitas paspor yang baru bisa diambil setelah pertunjukan selesai. Persoalannya: saya lupa memakai dasi (terakhir kali memakai dasi adalah masa belajar di Aliyah 7 tahun lalu). Saya tertolong oleh seorang supir Opera yang dengan ramah memakaikan dasi untuk saya. "Now you are awesome," ujarnya.

Ada dua alasan mengapa pada akhirnya saya bertekad ingin melihat pertunjukan musik klasik malam itu. Pertama, akhir-akhir ini, keakraban telinga dengan musik klasik mulai tumbuh. Memang masih sedikit, nama-nama komposer dan musik gubahan mereka yang saya kenal, tetapi keberadaan kelas biola The Fiddles Rumah Budaya Akar turut membantu menumbuhkan kecintaan saya pada jenis musik tersebut. Mendengarkan musik klasik apalagi sudah mampu menikmatinya saya anggap sebagai langkah eksternal untuk memupuk kepekaan feeling bermain biola. Kedua, simpel saja. Rasa penasaran ingin menyaksikan seberapa megah Main Hall Cairo Opera House yang sebelumnya hanya saya dengar dari cerita kawan-kawan.

Pintu Main Hall sudah dibuka. Para hadirin dipersilahkan masuk. Saya duduk di kursi balkon sebelah kanan, nomor 38. Mata saya memutari gedung megah yang dibangun berkat hadiah dari pemerintah Jepang setelah kunjungan mantan Presiden Husni Mubarak pada bulan April 1983. Besar dengan satu lantai dasar dan 3 lantai di atasnya, bercat merah orange.

Pertunjukan Symphonic Concert malam ini dipimpin oleh Hisham Gabr. Ia adalah seorang konduktor dan komposer berkebangsaan Mesir yang tercatat sukses di dalam dan luar negeri. Semua perhatian dan mata terhujam ke depan ketika semua pemain musik, mengambil duduk di tempatnya masing-masing. Tepuk tangan menggemuruh menyambut masuknya sang konduktor. 


Symphonic Concert malam itu menghadirkan tiga judul utama. Hebrides Overture (Fingal's Cave), Op. 26 milik Felix Mandelssohn, Horn Concerto No.1 in Eb major, Op. 11 karya Richard Strauss dan Symphony No. 4 in E minor, Op. 98 gubahan Johannes Brahms. Ketiganya sama-sama berkebangsaan Jerman dan hidup pada Zaman Romantik (1815-1910).

Penamaan Symphonic Concert didasarkan pada konser yang memasukkan unsur symphony dan alat musik lain berjenis serupa. Berbeda dari Symphonic Orchestra yang memainkan sejumlah symphony sekaligus memiliki sederetan daftar musik "serius".

Hebrides Overture (Fingal's Cave), Op. 26 
Felix Mandelssohn: The Hebrides (Fingal's Cave)

Musik yang dimainkan sebagai overture, sepenggal musik orchestra yang dijadikan pembukaan dalam sebuah opera atau oratorio (tipe komposisi musik yang tersusun atas perluasan setting dari teks-teks keagamaan yang bermuatan unsur-unsur dramatik).

The Concert Overture The Hebrides (German: Die Hebriden) disusun Mendelssohn pada tahun 1830. Lagu ini terinspirasi oleh gua besar yang dikenal dengan Fingal's Cave di pulau Staffa yang terletak di kepulauan Hebrides, di pantai lepas barat Skotlandia. Seperti umumnya jenis musik Zaman Romantik, ini bukan musik pengantar dalam arti mendahului sebuah drama atau opera. Ia adalah concert overture (pembukaan sebuah konser), pilihan musik yang berdiri sendiri dan dalam perkembangannya kini menjadi bagian dari repertoar orchestra standar. Musik ini didedikasikan untuk Raja Friedrich Wilhelm IV dari Prusia.

Dalam surat yang Mendelssohn kirim untuk adiknya, Fanny Mendelssohn, ia menuliskan keterkesannya pada The Hebrides, "Untuk membuatmu mengerti betapa luar biasanya The Hebrides mempengaruhi saya, akan aku jelaskan pada surat berikutnya, yang kini masih menancap kuat di kepalaku." Awalnya, Felix menamainya Die Einsame Insel (The Lonely Island).

Overture ini terdiri dari dua tema utama. Pertama adalah note pembuka yang menceritakan sebuah theme dimana Felix menulisnya ketika mengunjungi gua Fingal dan sebagai tandanya, dimainkan dengan viola, cello dan bassoon. Sedangkan theme kedua menggambarkan suasana pergerakan di laut dan deru gulung gelombang. Suasana di atas digambarkan lewat permainan 2 flute, 2 obo, 2 clarinet, 2 bassoon, 2 terompet dan alat musik senar gesek (keluarga biola). Durasi sekitar 10 menit.

Horn Concerto No.1 in Eb major, Op. 11
Horn Concerto No.1 in Eb major, Op. 11

Tidak ada composer, bahkan Brahms, yang lebih tahu dari Strauss tentang bagaimana memunculkan kekayaan tone Horn (terompet tradisional Eropa) Perancis. Ayahnya adalah seorang pemain terompet terkemuka, pemimpin seksi Horn di Munich Opera House. Dedikasi concert horn pertama anaknya ditulis dalam rentan waktu 1882-1883 di awal perjalanan karirnya. Ia lahir dengan keahlian "emas" memainkan horn. Karyanya ini menjadi representasi dari periode Romantik dan merupakan repertoar pokok dari horn modern.

Dimainkan dalam 3 movement, masing-masing dengan jenis tempo Allegro, Andante dan Allegro-Rondo, dimainkan tanpa memberikan jeda. Strauss memberikan kesatuan pada musik dengan menggunakan theme yang sama secara esensial baik di awal yang terdengar seperti keriuhan maupun perubahan irama sebagai theme pokok untuk tempo ketiga, Rondo. Ketika masuk Rondo, horn menjadi sering bermain dan keluarga biola bermain begitu lincah.

Total durasi sekitar 16 menit. Malam itu, Amr Aboul Naga tampil sebagai peniup horn.

Symphony No. 4 in E minor, Op. 98 
Brahms Symphony No. 4 in E Minor Op. 98

Merupakan symphony terakhir Brahms. Ia mulai mengerjakannya di Mürzzuschlag, selesai pada tahun 1885. Dimainkan dengan 2 flute, 2 obo, 2 clarinet, 2 basson dan beberapa alat tiup lain serta sejumlah alat musik senar gesek (keluarga biola).

Symphony ini tersusun ke dalam 4 movement dengan tanda tempo Allegro non troppo (E minor), Andante moderato (E minor/ E major), Allegro giocoso (C major) dan Allegro energico e passionate (E minor).

Movement pertama terdengar dramatis dan bergairah sedangkan movement kedua adalah movement gaya requiem (misa untuk orang meninggal dunia) dengan suara gaya Mesir yang dimainkan horn. Movement ketiga terdengar ceria (C major). Movement terakhir penting sebagai contoh langka dari symphonic passacaglia (jenis musik yang muncul di awal abad 17 di Spanyol), yang mirip dengan chaconne (tipe komposisi musik yang populer di Zaman Baroque) dengan sedikit perbedaan bahwa subjek bisa muncul dengan banyak suara lebih dari bass. Satu hal yang unik adalah meskipun movement keempat dimainkan dengan scale E minor, sebenarnya ia memiliki scale E major chord ketujuh yang pada akhirnya bisa didengar di awal, tengah dan akhir dengan penutup yang dramatis.Waktu sekitar 40 menit lewat tak terasa mendengarkan symphony Brahms ini.

Konser malam itu berlangsung hampir dua jam. Saya terpikat dengan segala permainan, jenis tempo, power string yang ditampilkan. Kadang terdengar lembut dan pelan, kadang terdengar kencang bak note-note balok yang diberondongkan ke telinga. Sehari setelahnya, di facebook saya menulis sebuah status, " Menyaksikan tigapuluhan keluarga alat musik dawai yang digesek (biola, viola, cello dan kontra bass), belasan alat musik tiup (terompet, horn, clarinet, flute, saxofon dll), bersama-sama memainkan Felix Mendelssohn, Richard Strauss dan Johannes Brahms. Menikmatinya sembari sesekali mata terpejam dan tiba-tiba masa lalu seperti ditumpahkan dari langit. Malam minggu yang sensasional \M/".

Akar, 27 April 2012.