Setiap detik selalu berbunyi sama. Saban pagi tak pernah
datang cepat atau terlambat. Waktu tak pernah terjungkal dalam tempo yang fals.
Musim dingin tiba dengan gigil dan musim
panas esok menyapu dengan sengat. Manusia
selamat merasai waktu karena memahami betuh arti suasana. Suasana merawat ingatan. Tapi sedikit
yang berani merasainya secara tuntas kala benar-benar sendiri.
Apakah kesendirian lebih menakutkan daripada Mephisto?
Berani bertaruh, berapa banyak orang yang tidak ketakutan pada kesendirian? Barangkali
dengan bersama kesendirian, setiap orang merasa tidak pernah tuntas dengan
dirinya sendiri. Dan suasana membantu melengkapinya di dalam ingatan. Seorang bisa
saja tiba-tiba dijenguk oleh ingatan; barangkali sekarang aku sudah di Paris,
mungkin saat ini aku sudah bahagia, dan aku kini sedang duduk bersamamu…
Semuanya masih utuh di dalam denyut hidup: kasih sayang,
kebencian, janji, dusta, pengkhianatan, harapan dan keputusasaan. Kematian tidak sepenuhnya bisa memutus nyawa
ingatan. Karena bagi saya, ia adalah cermin dari dua tujuan yang digapai banyak
orang setelah mati: surga dan neraka.
Ia bisa teduh seperti bidadari yang senyumannya memaku
pandanganmu. Ia juga bisa sadis seperti iblis yang tak bisa kau tolak jemari
panjangnya melilit tubuhmu.
Dalam suasana dan ingatan, manusia hidup sekaligus mati.